Secara bahasa syukur adalah gembira (sukacita),
Adapun secara istilah maksudnya adalah mengetahui segala kenikmatan itu datangnya dari Allah SWT, baik berupa nikmat iman, taat akan ajaran-Nya, dengan selalu memuji ke atas zat Yang Maha Pemberi semua keperluan hidup, dengan wujud berbakti kepada-Nya yaitu melakukan kewajiban dan meninggalkan segala perbuatan maksiat, secara zahir atau pun batin.
Dalam surah Fathir ayat 3 Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اذْ كُرُوْا نِعْمَتَ اللهِ عَلَيْكُمْ هَلْ مِنْ خَالِقٍ غَيْرُ اللهِ يَرْزُقُكُمْ مِّنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ فَأَنَّى تُؤْفَكُوْنَ
Artinya:
Hai Manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu. Adakah Pencipta selain Allah yang dapat memberikan rezeki kepada kamu dari langit dan bumi ? tidak ada Tuhan selain Dia; Maka Mengapakah kamu berpaling (dari ketauhidan)?
Tiga dimensi Syukur
Syukur dikatakan sempurna apabila telah memenuhi 3 kriteria yaitu:
1. Mengetahui semua nikmat yang Allah berikan, seperti nikmat Iman, Islam dan ketaatan dalam menjalankan perintah-Nya sehingga benar-benar menjadikan Allah sebagai pelindung dan sentiasa hadir dalam hatinya, dengan meyakini bahawa kejayaan dan segala bentuk kemewahan semua berasal dari Allah, kita hanya di beri pinjaman sementara di dunia.
2. Mengungkapkan rasa syukurnya dalam bentuk puji-pujian seperti alhamdulillah, asy-Syukrulillah atau ucapan lainnya yang mempunyai erti yang sama.
3. Nikmat Allah yang ada, bukan untuk dirasakan sendiri sebaliknya untuk dikongsi bersama orang lain seperti bersedekah, infaq dan menolong fakir miskin. Semua dilakukan dengan ikhlas agar segala kemewahan harta, tahta dan kekayaan itu akan menjadi penolong di hari penghitungan amal di yaum mahsyar .
No comments:
Post a Comment